Ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan. Hal tersebut salah satunya dikarenakan minimnya sumber literasi tertulis dan juga sudah banyak tercampurnya fakta dengan mitos ataupun legenda yang beredar di kalangan masyarakat. Tulisan ini hanya berdasar pada selembar catatan yang di dapatkan dari pihak pemerintah desa dan melalui wawancara dengan tokoh yang dituakan.
Berikut ini merupakan dokumen Silsilah dan Asal Usul Desa Cilaja yang didapatkan dari Pemerintah Desa Cilaja.
Berikut ini Text Silsilah dan Asal Usul Desa Cilaja tersebut
Pada Jaman dahulu kala konon menurut cerita nenek moyang kita ada beberapa inohong yang bernama: Syech Majuja, Syech Mataram yang dibantu oleh para pengikutnya yaitu:
Mereka-merekalah yang mula-mula bermusyawarah untuk mendirikan/membentuk sebuah Desa
yaitu Desa Cilaja, kurang lebih pada
tahun 1857.
Setelah terbentuk Nama Desa Cilaja oleh Pemerintah Belanda dipecah menjadi tiga bagian/tiga Desa yaitu: 1. Desa Cilaja 2. Desa Bojong Wangunan, 3. Desa Gereba
Desa-desa itulah dibentuk oleh pemerintah Belanda dan pada waktu itu luas Desa Cilaja kurang lebih 147,802 Ha sedangkan jumlah penduduk pada waktu itu kira-kira 215 orang, dan keadaan masyarakatnya masih buta huruf.
Keadaan alam dan tanahnya pada waktu itu masih banyak alang-alang dan
sebagian kebun kopi dan kebun laja kepunyaan Pemerintah Belanda.
Waktu itu sesuai dengan jasanya maka diangkatlah Buyut Candrapura sebagai Kepala Desa Cilaja oleh Pemerintah Belanda.
Untuk Selanjutnya setelah wafat Buyut Candrapura digantikan oleh; 1. Bapak Kuwu Jaladri (1867-1880) - 13 tahun 2. Bapak Kuwu Raden Kerta Atmaja (1881-1900) - 19 tahun 3. Bapak Kuwu Nunasim (1901-1919) - 18 tahun 4. Bapak Kuwu Jayaparana (1920-1941) - 21 tahun 5. Bapak Kuwu Kertajaya (1942-1952) - 10 tahun 6. Bapak Kuwu Sastra Atmaja/Tarmin (1953 - 1962) - 9 tahun 7. Bapak Kuwu Kanta Atmaja (1963-1970) - 7 tahun 8. Bapak Kuwu Sukinta Atmaja/Suara (1971-1980) - 9 tahun 9. Bapak Kuwu M. Satari (1981-1989) - 8 tahun 10. Bapak Kuwu Oyo Sumarna (1990-1994) - 4 tahun 11. Bapak Kuwu M. Said (1996-2002) - 6 tahun 12 Bapak Kuwu H. Ahim (2003-2010) - 7 tahun 13. Ibu Kuwu Rusmiati (2011 - sekarang)
Demikianlah silsilah/uraian sejarah singkat Desa Ciaja atas segala kekurangannya kami mohon maaf dan agar dapat memakluminya. Keterangan: Tulisan ini di merupakan salinan dari dokumen berjudul “SEJARAH ASAL-USUL DESA CILAJA” yang merupakan arsip Pemerintahan Desa Cilaja, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Asal Usul atau Silsilah tidak sama dengan Sejarah. Namun dokumen ini diharapkan bisa jadi referensi untuk melakukan penelusuran yang lebih valid menuju catatan sejarah.
============
Setelah saya telusuri, terutama dengan mengonfirmasikan catatan ini kepada tokoh yang dituakan di Desa Cilaja, ternyata banyak hal yang tidak sesuai. Berikut ini beberapa catatan hasil dari wawanancara narasumber.
Sesepuh Desa Cilaja
Jejak Syekh H. Mataram berupa makam yang berada di sawah bengkok "ngabihi". Tepatnya berada di komplek pesawahan Dusun Wage, Desa Cilaja. Atau sebrang jalan pemakaman umum kaler.
Mbah Lebe Damar
Jejak Mbah Lebe Damar juga berupa Makam. Makam Mbah Lebe Damar ini masih sering di ziarahi oleh beberapa orang yang mengetahui keberadaanya. Lokasinya yang berada diantara makam keluarga membuatnya lebih ramai dan terawat.
Eyang KertadiningratIni juga berupa makam. Lokasinya berada di pemakaman umum Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.
Makam/Petilasan Eyang Kertadiningrat, Desa Bojong, Kramatmulya, Kuningan |
Syekh Panjunan
Berdasarkan penuturan Narasumber, makam/petilasan Syekh Panjunan berada di sebelah kanan mimbar Masjid Al-Hidayah. Wallahualam.
Syekh Bagus Arsyam dan Syekh Muhammad Daqo ini berada di Desa Lengkong. Sementara itu, Syekh Maulana Akbar berada di pemakaman umum yang bertempat di jalan Syekh Maulana Akbar, Kuningan.
Narasumber juga memaparkan bahwa beberapa nama yang tertulis dalam dokumen Silsilah dan Asal Usul Desa Cilaja di atas merupakan nama-nama dari golongan makhluk ghaib. Nyai Mas Endang Raja dan Nyai Mas Endang Sari dikenal sebagai penunggu situs Cimanangga. Narasumber mengatakan bahwa mereka dari golongan jin islam. Jadi tidak selayaknya disebut sebagai salah satu "Karuhun" Desa Cilaja.
Selain itu, Buyut Jakatua yang petilasannya berada di sinyur, Buyut Jagat Nata (di wilayah gedung Balai Desa Cilaja), dan Buyut Gugur (di pemakaman umum parigi), juga hanya merupakan nama-nama yang tidak berdasar pada catatan sejarah. Buyut Jagat Nata, misalnya, nama ini sering disandingkan dengan sosok penunggu gedung balai desa. Jadi, saran Narasumber, ke lima nama tersebut tidak lagi dimasukan sebagai tokoh pendiri Desa Cilaja.
Mengenai nama-nama Kepala Desa, beberapa masih rancu, namun sebagian lainnya sudah benar.
Saya berharap ada pihak terkait yang mengembangkan tulisan tentang Silsilah dan Asal Usul Desa Cilaja.